Review Film "LASKAR PELANGI"



LASKAR PELANGI

Assalamualaikum blogers.

Kali ini saya akan me-review sebuah film yang bertemakan kebudayaan. Film yang saya pilih adalah “Laskar Pelangi” , film yang di adaptasi dari novel fenomenal “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata, yang mengambil setting di akhir tahun 70-an. Saya akan menceritakan sedikit cerita yang terjadi di desa Gantong, Belitung Timur.
Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
Dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah.
Mereka, Laskar Pelangi - nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi - pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat.
 Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh Andrea Hirata, kita bahkan bisa merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi ini.
Nilai budaya yang saya petik dari film ini adalah, yang pertama tentang penggunaan bahasa melayu belitong, dimana para pemain menggunakan bahasa melayu dengan begitu fasih walaupun terselip juga bahasa Indonesia untuk mempermudah para audience untuk mengerti dialog para pemain.  Belitong sendiri memiliki ragam budaya yang unik, hampir sama dengan budaya melayu di Sumatera pada umumnya.
Selanjutnya adalah budaya islam yang religus menyelimuti film ini, dimana Islam benar-benar kuat di tanah belitong dan dapat bergandengan dengan agama lainnya, saling menghargai dan menghormati. Seperti para Laskar Pelangi, Ikal,Lintang,Mahar,Sahara,Harun, Trapani, Syahdan,Kucai,Bore’ yang bersahabat dengan Akiong yang merupakan keturunan Tionghoa,film ini sangat di sarankan kepada anak-anak sekolahan, selain menimbulkan semangat belajar, film ini benar-benar menghipnotis penonton dengan cerita apiknya.
Film ini menunjukan sebuah arti persahabatan yang sesungguhnya, kesederhanaan, kejujuran, religius, dan perjuangan meraih pendidikan yang sulit di dapat para kaum miskin di Belitong. Selain itu, penonton juga akan dibuat tertawa oelh aksi konyol dan lucu para Laskar Pelangi, misalnya saat karnaval 17 agustus, Mahar membuat sebuah tarian yang terinspirasi dari suku pedalaman kalimantan dan afrika. Tarian yang menggunakan properti buah aren sebagai kalung ternyata sengaja ia buat untuk membalas dendam kepada teman-temanya yang sering mengejeknya gila. Lucu bukan main.
Terselip pula lagu bunga seroja yang legendaris, Ikal jatuh cinta kepada A ling sang gadis tionghoa yang cantik membuat Ikal selalu bersemangat jika disuruh membeli kapur. Lagu yang dinyanyikan mahar dengan tarian dari para Laskar Pelangi membuat para penonton tersenyum, karena seolah menonton sebuah video musik.
Intinya film Laskar Pelangi merupakan sebuah karya yang sangat membanggakan di dunia perfilman dan sastra Indonesia. Kita harus bangga dan menghargai karya para pemuda Bangsa Indonesia dan tetap melestarikan kebudayaan Indonesia agar tidak terkikis oleh zaman yang semakin modern.
Terimakasih,Wassalam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGALAMAN DALAM BERORGANISASI

Ringkasan Buku Dasar-Dasar Ilmu Organisasi Hal 118-128

Cekeran Midun